Pengertian Revenue, Jenis dan Cara Menghitung Pendapatan

Teknatekno.com – Sebagian dari kamu mungkin pernah mendengar istilah revenue. Namun, masih banyak yang belum memahami pengertian revenue itu sendiri. Dalam ilmu ekonomi, revenue berarti pendapatan.

Apa pengertian revenue yang sebenarnya? Buat kamu yang ingin memulai bisnis atau sedang menjalankan bisnis, pemahaman tentang istilah revenue ini sangat diperlukan. Berikut ini Teknatekno jelaskan mengenai pengertian revenue, jenis-jenisnya sampai dengan cara menghitung revenue yang tepat.

Memahami Pengertian Revenue

Apa itu Revenue

Revenue atau pendapatan adalah istilah yang sering muncul di bidang keuangan. Para perlaku usaha pasti sudah paham dengan apa yang dimaksud dengan revenue.

Istilah “revenue” sering muncul dalam perhitungan atau laporan laba rugi operasional. Jumlah total uang yang diterima melalui penjualan produk atau jasa, yang merupakan kegiatan operasi utama perusahaan, disebut sebagai revenue. Temuan laporan sering kali sudah dikurangi dengan pengembalian atau diskon.

Jadi, pengertian revenue adalah pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan selama periode waktu tertentu. Revenue juga dapat digambarkan sebagai ekuitas sementara atau hak milik yang secara singkat dimasukkan dalam perhitungan laba perusahaan.

Pendapatan yang diperoleh dari revenue hanya diperoleh dari aktivitas utama perusahaan. Jadi, jika perusahaan menghasilkan keuntungan atau pendapatan dari usaha sampingan, hasilnya mungkin tidak dicatat sebagai revenue.

Pengertian Revenue Menurut Para Ahli

Berikut ini definisi atau pengertian revenue menurut beberapa ahli ekonomi:

1. Menurut John J. Wild

Pada tahun 2003, John J. Wild mengklasifikasikan revenue menjadi dua jenis, yaitu revenue menurut ilmu ekonomi dan revenue menurut ilmu akuntasi:

Menurut teori ekonomi, pengertian revenue adalah jumlah uang terbesar yang dapat dibelanjakan orang dalam jangka waktu tertentu sambil mengharapkan segala sesuatunya kembali normal pada akhir periode.

Fokus dari revenue mendekati berada di akhir periode, yaitu ketika diyakini bahwa perubahan akan terjadi karena keuntungan daripada kerugian.

Sedangkan menurut ilmu akuntansi, pengertian revenue adalah kenaikan atau pertumbuhan aset sebagai akibat dari kegiatan operasional perusahaan, dengan fokus pada arus kas.

2. Menurut Kieso, Warfield, dan Weygantd (2011)

Menurut Kieso, Warfield, dan Weygantd (2011), pengertia revenue adalah arus masuk keuntungan ekonomi bruto yang dihasilkan dari aktivitas operasional entitas dalam satu periode yang menghasilkan kenaikan ekuitas tetapi tidak melalui investasi.

3. Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2000)

Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2000), pengertian revenue adalah hasil yang dihasilkan oleh perusahaan dan merupakan sumber utama dari operasi operasi perusahaan.

Faktor yang Mempengaruhi Revenue

Revenue atau pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan keuangan suatu perusahaan. Akibatnya, agar perusahaan tetap stabil, maka tren revenue juga harus menguntungkan.

Revenue atau pendapatan suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Keuntungan dari penjualan produk dan layanan utama perusahaan
  2. Suku bunga
  3. Tingkat konversi mata uang
  4. Biaya produk dan jasa yang dijual Variasi barang dan jasa yang tersedia bagi pelanggan
  5. Layanan untuk return dan refund
  6. Memberikan diskon pada produk dan layanan perusahaan
  7. Pemasaran digital menggunakan situs web dan media sosial
  8. Traffic pengunjung media sosial

Cara Meningkatkan Revenue

Cara Meningkatkan Revenue

Setelah mengetahui pengertian revenue secara umum maupun menurut para ahli, serta faktor-faktor yang mempengaruhi revenue, selanjutnya adalah kita akan membahas bagaimana cara meningkatkan suatu pendapatan atau revenue itu sendiri.

Adapun cara yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan ketiga aspek, yaitu:

  1. Menetapkan harga jual suatu produk atau jasa. Pelaku usaha tidak boleh sembarangan dalam memilih harga karena sangat erat kaitannya dengan preferensi pembelian konsumen dan nilai keuntungan yang dapat diperoleh pelaku usaha. Dalam menentukan harga jual barangnya, pelaku usaha harus mempertimbangkan daya beli konsumen dan keadaan pasar.
  2. Memperhatikan manajemen harga, yang merupakan upaya untuk mengoptimalkan harga jual yang ditetapkan. Menawarkan diskon atau rabat ketika konsumen membeli sejumlah produk tertentu adalah salah satu contohnya.
  3. Memperhatikan kegiatan pemasaran adalah hal ketiga yang harus dipikirkan. Jika kamu tidak mengiklankan barang kamu, konsumen tidak akan mengetahui apa yang kamu tawarkan. Akibat prosedur penjualan yang jarang dilakukan, nilai pendapatan cenderung stagnan atau berkurang.

Selanjutnya, pengusaha atau pemilik perusahaan harus menyeimbangkan nilai pendapatan pribadinya dengan nilai pendapatan perusahaannya. Melacak arus kas perusahaan kamu adalah pendekatan sederhana untuk melakukan ini.

Pemilik bisnis atau perusahaan juga harus dengan cermat dan benar mendokumentasikan semua pendapatan dan pengeluaran bisnis. Selain itu, taktik dan tindakan pemasaran yang direncanakan harus dilakukan.

Penting juga untuk digarisbawahi bahwa nilai pendapatan tidak berguna jika perusahaan tidak dapat mengoptimalkan prosedur kerjanya.

Akibatnya, sebagai pengusaha atau pemilik, kamu harus menjamin bahwa jumlah pendapatan bisnis sesuai dengan nilai keuntungan dan bahwa perusahaan dapat berfungsi dengan baik dan lancar.

Perbedaan Revenue dengan Income

Pendapatan (revenue) dalam suatu perusahaan berbanding terbalik dengan penghasilan (income). Pengertian revenue dengan income pun bukanlah hal yang sama.

Revenue, kadang-kadang dikenal sebagai pendapatan, adalah pendapatan kotor (gross) yang diperoleh pelaku usaha dari penjualan barang atau jasa selama periode waktu tertentu.

Sedangkan income atau penghasilan diartikan sebagai keuntungan bersih yang diperoleh pelaku usaha selama periode waktu tertentu. Income merupakan nilai keuntungan yang berhasil didapatkan oleh suatu bisnis atau perusahaan.

Revenue berfokus pada pendapatan yang diperoleh perusahaan, sedangkan income berfokus pada kuantitas atau jumlah laba bersih yang dapat dihasilkan perusahaan.

Income dapat juga didefinisikan sebagai laba bersih yang diperoleh pelaku usaha setelah dikurangi semua biaya produksi dari total pendapatan. Biaya operasional bisnis, sewa, pengeluaran pajak, harga pokok penjualan/modal, dan biaya lainnya adalah contoh biaya produksi.

Income atau pendapatan bersih dapat mewakili nilai dari setiap pendapatan tambahan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan. Income juga terdiri dari berbagai bentuk, seperti bunga yang diperoleh dari hasil investasi, dan penjualan aset fisik atau tidak berwujud, antara lain.

Jika dibandingkan dengan perhitungan revenue, hal ini secara tidak langsung membuat proses perhitungan income menjadi lebih rumit.

Perbedaan antara revenue dan income dapat diamati dalam dua penjelasan di bawah ini:

1. Berdasarkan Sumbernya

Jumlah revenue suatu perusahaan dihasilkan dari berbagai sumber, seperti keuntungan penjualan, bunga deposito, bagi hasil, investasi, dan lain-lain yang dapat dinilai sebagai sumber pendapatan bagi perusahaan atau pelaku usaha.

Sedangkan income dari kinerja bisnis perusahaan dapat dideteksi dan diterima. Semua pendapatan dari penjualan barang-barang perusahaan, seperti barang dan/atau jasa, selanjutnya akan dihitung sebagai income total perusahaan.

2. Berdasarkan Cara Menghitungnya

Dalam prosedur perhitungan revenue, komponen biaya saat ini harus dijumlahkan dan diterima oleh pelaku usaha. Hal ini berbeda dengan perhitungan income, di mana perusahaan setidaknya memiliki dua metode dalam menghitung income, yaitu net profit dan gross profit.

Untuk menghitung laba kotor, nilai pendapatan yang diterima dikurangi dengan harga pokok penjualan, yang juga dikenal sebagai HPP. Sementara untuk menghitung laba bersih, perusahaan harus mengurangi laba kotor dari biaya lain-lain.

Beberapa biaya lain yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, misalnya biaya iklan, pajak, sewa, dan biaya-biaya lainnya agar barang-barang yang ditawarkan perusahaan, baik komoditas maupun jasa, dapat dialami dan dirasakan oleh pembeli.

Jenis-Jenis Revenue dan Cara Menghitungnya

Jenis-Jenis Revenue dan Cara Menghitungnya

Kita bisa menghitung revenue menggunakan salah satu dari tiga jenis dibawah ini, yaitu:

1. Total Revenue

Total Revenue (TR) merupakan metode penghitungan pendapatan yang paling dasar. Metode ini menggunakan jumlah pendapatan keseluruhan yang dihasilkan sebagai dasar untuk menghitung jenis pendapatan lainnya. Rumus perhitungannya adalah sebagai berikut:

TR = Harga x Jumlah Barang Terjual

Contoh:

Misalnya, sebuah toko menjual 100 buah baju dengan harga Rp 200.000 per buahnya. Maka total pendapatan atau Total Revenue (TR) dari penjualan baju tersebut dapat dihitung menggunakan rumus:

TR = Harga x Jumlah Barang Terjual
TR = Rp 200.000 x 100
TR = Rp 20.000.000

Jadi, Total Revenue (TR) dari penjualan 100 buah baju seharga Rp 200.000 per buahnya adalah Rp 20.000.000.

2. Average Revenue

Average Revenue (AR) atau pendapatan rata-rata adalah penghitungan rata-rata pendapatan per unit produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk menghitungnya, total pendapatan dibagi dengan jumlah produk yang terjual. Berikut adalah rumus perhitungannya:

AR = Total Pendapatan (TR) : Jumlah Produk Terjual

Contoh:

Misalnya, sebuah toko berhasil memperoleh Total Revenue sebesar Rp 20.000.000 dari penjualan 100 buah baju. Maka, Average Revenue atau pendapatan rata-rata per baju dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

AR = Total Pendapatan : Jumlah Produk Terjual
AR = Rp 20.000.000 : 100
AR = Rp 200.000

Jadi, Average Revenue atau pendapatan rata-rata per baju dari penjualan tersebut adalah Rp 200.000.

3. Marginal Revenue

Marginal Revenue (MR) atau pendapatan marjinal adalah pendapatan tambahan yang dihasilkan dari penjualan satu unit produk tambahan.

MR dihitung dengan menghitung perubahan pendapatan (TR) yang dihasilkan dari penjualan satu unit produk tambahan dibandingkan dengan penjualan sebelumnya, dibagi dengan perubahan jumlah barang yang terjual. Berikut adalah rumus perhitungannya:

MR = Perubahan Pendapatan (TR) : Perubahan Jumlah Barang Terjual

Contoh:

Misalnya, sebuah toko menjual baju seharga Rp 200.000 per buah. Jika penjualan sebelumnya sebanyak 100 baju dan total pendapatan yang dihasilkan adalah Rp 20.000.000. Kemudian, setelah menurunkan harga menjadi Rp 190.000 per buah, penjualan meningkat menjadi 101 baju dan total pendapatan yang dihasilkan menjadi Rp 19.190.000. Maka, Marginal Revenue atau pendapatan marjinal dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

MR = Perubahan Pendapatan (TR) : Perubahan Jumlah Barang Terjual
MR = (Rp 19.190.000 – Rp 20.000.000) : (101 – 100)
MR = (-Rp 810.000) : 1
MR = -Rp 810.000

Berdasarkan perhitungan tersebut, setiap unit produk yang terjual setelah penjualan ke-100 mengurangi pendapatan sebesar Rp 810.000 atau dapat disebut sebagai pendapatan marjinal negatif. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mungkin telah menurunkan harga terlalu banyak sehingga mengurangi total pendapatannya.

Pengertian Revenue, Jenis dan Cara Menghitung Pendapatan

Jenis-Jenis Income dan Cara Menghitungnya

Selain revenue, kita juga bisa menghitung income menggunakan dua jenis metode berikut ini:

1. Gross Profit

Gross Profit (GP) atau laba kotor adalah selisih antara total pendapatan penjualan dengan harga pokok penjualan suatu perusahaan. GP menggambarkan pendapatan perusahaan setelah dikurangi biaya langsung untuk memproduksi barang atau jasa. Untuk menghitung GP, digunakan rumus sebagai berikut:

GP = Total Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan

Contoh:

Sebuah perusahaan pakaian berhasil menjual 1000 buah baju seharga Rp 200.000 per buah. Harga pokok penjualan (HPP) per baju adalah Rp 150.000. Maka, Gross Profit (GP) atau laba kotor dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

GP = Total Pendapatan Penjualan – Harga Pokok Penjualan
GP = (Rp 200.000 x 1000) – (Rp 150.000 x 1000)
GP = Rp 200.000.000 – Rp 150.000.000
GP = Rp 50.000.000

Berdasarkan perhitungan tersebut, perusahaan berhasil memperoleh Gross Profit sebesar Rp 50.000.000 dari penjualan 1000 buah baju.

  • Gross Profit Margin

Gross Profit Margin (GPM) atau Marjin Laba Kotor adalah persentase pendapatan penjualan suatu perusahaan yang merupakan laba kotor.

GPM dapat digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam mengelola biaya produksi dan menentukan harga jual produk yang sesuai. Untuk menghitung GPM, digunakan rumus sebagai berikut:

Gross Profit Margin = Gross Profit (laba kotor) / Total Pendapatan Penjualan

GPM dihitung dengan membagi laba kotor (GP) dengan total pendapatan penjualan (TR) dan kemudian dikalikan dengan 100% untuk mendapatkan persentase. Berikut adalah rumus perhitungan GPM:

GPM = (Gross Profit (GP) / Total Pendapatan Penjualan) x 100%

Dengan demikian, semakin tinggi GPM, semakin besar pula persentase pendapatan yang menjadi laba kotor perusahaan.

Contoh:

Mengambil kasus perhitungan Gross Profit perusahaan pakaian sebelumnya:

GPM = (Gross Profit (GP) / Total Pendapatan Penjualan) x 100%
GPM = (Rp 50.000.000 / Rp 200.000.000) x 100%
GPM = 25%

Berdasarkan perhitungan tersebut, GPM perusahaan tersebut adalah 25%. Artinya, dari total pendapatan penjualan Rp 200.000.000, perusahaan berhasil memperoleh laba kotor sebesar Rp 50.000.000 atau 25% dari total pendapatan.

2. Net Profit

Net profit (NP) atau laba bersih adalah sisa pendapatan perusahaan setelah dikurangi dengan semua biaya yang dikeluarkan, termasuk biaya produksi, beban-beban, dan pajak. Laba bersih menunjukkan seberapa efektif perusahaan dalam mengelola keuangannya. Berikut adalah rumus perhitungan laba bersih:

NP = Total Pendapatan Penjualan – Total Pengeluaran (HPP + Beban-beban + Pajak, dll)

Dalam rumus tersebut, total pengeluaran meliputi harga pokok penjualan (HPP), beban-beban seperti biaya operasional, gaji karyawan, dan biaya lainnya, serta pajak dan pengeluaran lainnya yang terkait dengan operasi perusahaan.

Semakin tinggi laba bersih, semakin baik kinerja perusahaan. Oleh karena itu, laba bersih merupakan salah satu indikator keberhasilan keuangan suatu perusahaan.

Contoh:

Misalkan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penjualan produk fashion memiliki total pendapatan penjualan sebesar Rp 500.000.000 selama satu tahun. Total pengeluaran perusahaan dalam setahun meliputi biaya produksi sebesar Rp 200.000.000, biaya operasional sebesar Rp 100.000.000, biaya pajak sebesar Rp 50.000.000, dan bunga hutang sebesar Rp 10.000.000.

Maka, rumus perhitungan laba bersih adalah sebagai berikut:

NP = Total Pendapatan Penjualan – Total Pengeluaran (HPP + Beban-beban + Pajak, dll)
NP = Rp 500.000.000 – (Rp 200.000.000 + Rp 100.000.000 + Rp 50.000.000 + Rp 10.000.000)
NP = Rp 140.000.000

Dengan demikian, laba bersih (net profit) yang diperoleh oleh perusahaan fashion tersebut adalah sebesar Rp 140.000.000 selama satu tahun.

  • Net Profit Margin

Net profit margin (NPM) atau marjin laba bersih adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dari total pendapatan penjualan. Rumus untuk menghitung net profit margin adalah sebagai berikut:

NPM = (Net Profit (NP) / Total Pendapatan Penjualan) x 100%

Net profit margin akan semakin tinggi jika perusahaan mampu memperoleh laba bersih yang lebih besar dari total pendapatan penjualan. Sebaliknya, jika laba bersih yang diperoleh kecil dari total pendapatan penjualan, maka net profit margin akan turun.

Net profit margin merupakan indikator keuntungan perusahaan yang penting bagi investor dan analis keuangan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan. Semakin tinggi net profit margin, semakin baik kinerja keuangan perusahaan.

Namun, perlu diingat bahwa net profit margin tidak bisa dipandang sebagai satu-satunya indikator keberhasilan perusahaan, karena terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan seperti pengelolaan utang, modal kerja, dan strategi bisnis yang diterapkan.

Dalam praktiknya, perusahaan biasanya menetapkan target net profit margin untuk menilai pencapaian kinerja keuangannya.

Contoh:

Mengambil kasus perhitungan Net Profit perusahaan fashion sebelumnya:

NPM = (Net Profit / Total Pendapatan Penjualan) x 100%
NPM = (Rp 140.000.000 / Rp 500.000.000) x 100%
NPM = 28%

Dari hasil perhitungan di atas, net profit margin perusahaan fashion adalah sebesar 28% dari total pendapatan penjualan yang diterima. Jika perusahaan mampu mempertahankan atau meningkatkan net profit margin-nya dari waktu ke waktu, maka bisa dikatakan perusahaan tersebut memiliki kinerja keuangan yang baik.

Namun, jika net profit margin menurun dari waktu ke waktu, perusahaan harus melakukan evaluasi dan perbaikan pada kinerja keuangannya.

Kesimpulan

Demikianlah penjelasan dari Teknatekno mengenai revenue, mulai dari pengertian revenue (pendapatan), faktor yang dapat mempengaruhi revenue, jenis-jenis revenue, sampai dengan perbedaannya dengan income yang perlu kamu pahami.

Dari penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa revenue adalah pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan selama periode waktu tertentu. Revenue juga dapat digambarkan sebagai ekuitas sementara atau hak milik yang secara singkat dimasukkan dalam perhitungan laba perusahaan.

Hai Saya schoirunn aktif menulis dan berkontribusi dalam berbagai media massa, seperti surat kabar sekolah, website, dan media sosial. Saya juga pernah mengikuti pelatihan jurnalistik dan magang di salah satu media nasional, yang membuat saya semakin memahami bagaimana dunia jurnalistik bekerja. Selain menulis, saya juga senang memotret dan merekam video. Saya percaya bahwa gambar dan video dapat memberikan dampak yang kuat dalam menyampaikan sebuah cerita. Sebagai seorang jurnalis muda, saya berkomitmen untuk selalu memperbaiki keterampilan saya dalam menulis, mencari sumber, dan melakukan wawancara yang berkualitas.

You might also like